Kebumen, BeritaKami.com – Syamsul Huda (45) tak pernah menyangka bahwa rasa nyeri di dada yang ia alami saat bulan puasa 2025 lalu adalah tanda bahwa jantungnya membutuhkan perhatian serius. Warga Desa Peniron, Kabupaten Kebumen ini awalnya hanya mengira kelelahan biasa. Namun seiring berjalannya waktu, gejala itu semakin sering muncul dibarengi sesak napas sehingga mengganggu aktivitas sehari-harinya.
“Awalnya saya kira hanya masuk angin biasa, jadi saya minta kerokan ke istri saya. Namun, beberapa hari kemudian rasa nyeri tidak kunjung sembuh juga. Mau periksa tapi takut, karena jujur saja saya tidak memiliki biaya untuk berobat saat itu,” cerita Syamsul di Puskesmas Pejagoan pada Jumat (01/08).
Syamsul dan keluarga selama ini menggantungkan hidupnya dari usaha rumahan bersama sang istri. Setiap hari, ia dan istrinya memproduksi makanan ringan seperti marning (olahan dari jagung yang digoreng) untuk dititipkan ke warung-warung sekitar. Usaha sederhana itu menjadi sumber penghasilan utama keluarga kecilnya, cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup harian, meski tidak berlebih.
“Selama ini, uang dari hasil jualan hanya cukup untuk makan dan kebutuhan sehari-hari aja. Kalau untuk kebutuhan lainnya, alhamdulillah ada saja rejeki yang datang ke keluarga kami,” ungkap ayah tiga orang anak ini.
Sebagai kepala keluarga yang harus menafkahi istri dan anaknya, ia tak bisa berlama-lama bergelut dengan sakitnya itu. Berbekal JKN yang ia miliki, ia pun memberanikan diri untuk memeriksakan dirinya ke Puskesmas Pejagoan. Dari hasil pemeriksaan awal, ia langsung dirujuk ke RS Soedirman Kebumen untuk pemeriksaan lebih lanjut. Di sanalah, Syamsul didiagnosis memiliki gangguan jantung dan diminta untuk rutin menjalani pengobatan dan kontrol setiap bulannya.
“Awalnya memang saya ragu-ragu, bisa berobat pakai JKN atau tidak. Alhamdulillah sekali, ternyata bisa dan semua biaya pengobatan saya dijamin penuh oleh Program JKN,” ungkap Syamsul dengan mata berkaca-kaca.
Diketahui, Syamsul beserta istri, dan ketiga anaknya merupakan peserta JKN dari segmen Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan telah terdaftar sejak beberapa tahun yang lalu. Kini, Syamsul benar-benar merasakan manfaat besar dari Program JKN. Ia mengaku sangat bersyukur karena tak perlu mengkhawatirkan biaya pengobatan yang bisa saja mencapai jutaan rupiah setiap bulannya.
“Kalau bayar sendiri, saya rasa usaha saya ini tidak akan cukup menutup biaya rumah sakit. Tapi berkat JKN, saya bisa fokus untuk sembuh, tanpa harus mikir biaya,” ujarnya.
Tak hanya dirinya yang terbantu, sang istri pun telah memanfaatkan layanan JKN dalam momen yang sangat penting dalm hidupnya yaitu pada saat persalinan. Sang istri melahirkan kedua anaknya melalui operasi caesar, masing-masing pada tahun 2018 dan 2024, dan semuanya dijamin penuh oleh Program JKN.
“Waktu itu saya juga bingung karena katanya operasi caesar mahal. Tapi ternyata dengan JKN, istri saya bisa mendapatkan pelayanan terbaik, tanpa kami keluar biaya sedikit pun. Dua kali operasi, semuanya dijamin,” kata Syamsul penuh rasa syukur.
Kini, meski harus rutin kontrol ke rumah sakit, Syamsul tetap semangat menjalani hidup. Ia tetap giat bekerja, untuk menyambung kehidupannya sehari-hari, dan tetap menjadi ayah yang kuat bagi ketiga anaknya. Menurut Syamsul, Program JKN bukan sekadar program, melainkan bentuk nyata kehadiran negara di saat masyarakat membutuhkan perlindungan paling dasar, yaitu kesehatan.
“Saya merasa negara hadir lewat JKN. Terima kasih untuk BPJS Kesehatan dan semua pihak yang sudah membuat program ini berjalan. Semoga makin banyak masyarakat seperti saya yang terbantu,” tutup Syamsul dengan senyum penuh harapan.