KEBUMEN, BeritaKami.com – Demonstrasi di jalan-jalan Kebumen belakangan ini bukan sekadar kerumunan, melainkan cermin dari kegelisahan rakyat. Ini sekaligus menjadi harapan yang belum terjawab.
Hal ini disampaikan oleh salah satu Anggota DPRD Kebumen Muhammad Fauhan Fawaqi SIP MM.
Disampaikannya data BPS mencatat, tingkat kemiskinan Kebumen pada 2024 masih sekitar 14 persen. Ini lebih tinggi dari rata-rata Jawa Tengah 10,5 perse..
“Angka ini, sebagaimana ditulis dalam Journal of Democracy (Diamond, 2019), adalah indikator nyata demokrasi yang sehat bukan hanya soal prosedur elektoral, melainkan juga kemampuan negara menjawab kebutuhan dasar warganya,” tutur Anggota dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu.
Kepada para demonstran, Gus Fauhan menyebut meraka sebagai hati nurani yang menolak diam. Suaranya adalah energi yang mengingatkan bahwa demokrasi tanpa partisipasi hanyalah formalitas.
“Bila suara itu diabaikan, apatisme akan tumbuh. Tetapi bila dirangkul, suara itu bisa menjadi daya dorong untuk menurunkan pengangguran dari 5,7 persen hari ini ke di bawah 4 persen pada 2029,” katanya.
Kepada aparat kepolisian, Gus Fauhan percaya bukan sekadar penjaga ketertiban, tetapi juga mitra rakyat. Dengan pendekatan humanis aparat keamanan akan menjaga agar demokrasi tetap teduh.
Penelitian dalam Policing and Society Journal (Marenin, 2020) menunjukkan, pendekatan persuasif lebih efektif menjaga stabilitas jangka panjang daripada tindakan represif. Itu berarti menjaga rakyat dengan hati akan lebih kuat daripada mengendalikan dengan kekerasan.
“Dan kepada pemerintah daerah, mari kita renungkan pesan Gus Dur: “Demokrasi itu bukan untuk membuat pemerintah berkuasa, tetapi untuk membuat rakyat berdaulat,” jelasnya.
“Hari ini, dari jalanan kita belajar bahwa rakyat bukan lawan, bukan beban, melainkan guru. Mereka mengingatkan kita demokrasi tumbuh bukan di tanah ketakutan, melainkan di tanah kebebasan,” paparnya.
Gus Fauhan menambahkan jika mampu mendengar dengan jernih, maka pada 2030 Kebumen tidak lagi dikenal karena keterbatasannya, melainkan karena keberdayaannya,” ucapnya.