PURWOREJO,Beritakami.com – Pensiun bukan akhir pengabdian. Begitulah prinsip hidup Kompol (Purn) Dr. Suprihadi, SH, .MH, pria sederhana yang baru saja menyelesaikan masa baktinya di Kepolisian Republik Indonesia, 1 Juni 2025 lalu. Di usianya yang tak lagi muda, Suprihadi justru meraih gelar doktor dan memilih mengisi masa pensiun bukan dengan bersantai, melainkan terus memberi manfaat bagi sesama.
Dikenal akrab oleh masyarakat dengan panggilan “Pak Pri”, ia bukan hanya seorang purnawirawan polisi, tetapi juga seorang bapak dua anak, salah satunya masih duduk di bangku SD. Pak Pri memulai karier di kepolisian tahun 1988 dan sempat bertugas di berbagai daerah. Tahun 2011, ia pindah dinas ke Purworejo mengikuti jejak sang istri, yang berasal dari Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo.
Di Purworejo, kariernya terus menanjak: mulai dari Kasat Binmas (2012–2018), Kapolsek (2018–2020), hingga jabatan Kabag Ren Polres Purworejo (2020–2025). Namun yang membedakan Suprihadi dengan figur aparat kebanyakan adalah semangatnya yang tak pernah padam untuk belajar dan berbagi.
Tak puas hanya dengan gelar S1 SH dan S2 MH, ia memilih menuntaskan pendidikan hingga jenjang doktoral di bidang Manajemen Pendidikan — meski latar belakang akademiknya tidak sepenuhnya liniear. “Saya ingin memperkuat fungsi kepolisian dari sisi non-represif. Yaitu lebih kuat pendekatan pre emtif dan preventif bahwa memahamkan sesuatu kepada orang lain agar mudah diterima tidak gampang ” jelasnya.
Bagi Pak Pri, gelar doktor bukan semata prestise, tapi sebagai bekal upaya untuk tetap sehat dan bermanfaat di masa pensiun. “Saya tidak ingin cepat pikun,” ujarnya berseloroh, sembari menyebut bahwa belajar adalah cara terbaik menjaga semangat hidup.
Kini, di tengah ketenangan Desa Wadas, Pak Pri membuka warung kelontong dan berjualan bensin eceran di halaman rumah. Sebagian mungkin mengira itu demi menambah penghasilan. Namun bagi Pak Pri, alasan utamanya adalah membantu warga yang kehabisan bahan bakar, terutama di malam hari — karena desa mereka cukup jauh dari SPBU terdekat.
“Untungnya sedikit, tapi nilainya lebih dari itu. Ini bentuk kepedulian,” kata beliau yang tak segan turun tangan sendiri menyiapkan dagangan sepulang dari kantor yg sudah ditekuni sejak tahun 2011 sampai pensiun.
Menurut warga sekitar, seperti Pak Lieliek, sosok Suprihadi begitu dicintai masyarakat. “Orangnya rendah hati, suka menolong, dan tidak pernah membeda-bedakan. Polisi tapi tidak angkuh. Justru diidolakan,” katanya.
Warisan kebaikan Pak Pri juga tampak dalam semangatnya memotivasi siswa dalam meraih cita cita Sejak menjabat Kasat Binmas, Kapolsek ia rutin berkunjung ke sekolah-sekolah, dari PAUD TK SD SMP hingga perguruan tinggi, terlebih dipendidikan dasar lebih banyak terkunjungi sampaikan pola para siswa untuk antisipasi rintangan dalam meraih cita cita.
Hal ini terus ia lakukan hingga kini, bahkan setelah pensiun.
Dalam dunia yang kerap menilai seseorang dari jabatan atau materi, Pak Pri memberikan pelajaran berharga: bahwa pengabdian tak mengenal batas usia, dan kebaikan tak selalu datang dari pangkat tinggi—kadang dari warung kecil di sudut desa.