Desa Jatimulyo Bangun Simpul Pertanian Dengan Peternakan Domba

KEBUMEN, BeritaKami – Pemerintah Desa Jatimulyo Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen berencana membangun simpul pertanian organik melalui sentra peternakan Domba. Peternakan ini, digadang gadang akan menghasilkan pupuk kompos yang sangat baik bagi tanaman.

Untuk mempersiapkan hal tersebut, pemerintah desa (pemdes) sudah membangun 7 kelompok ternak domba dengan populasi mencapai 700 ekor. Selain itu, Pemdes juga mendorong penyediaan bank pakan bagi setiap kelompok untuk memudahkan dalam perawatan domba yang dipelihara.

Kepala Desa Jatimulyo Sabit Banani saat ditemui beberapa waktu lalu menuturkan selama ini para petani selalu dihadapkan dengan langka dan mahalnya pupuk kimia di pasaran ketika musim tanam. Menghadapi hal tersebut, tentunya masyarakat harus memiliki pupuk organik yang bisa dihasilkan sendiri melalui kotoran ternak.

Adanya kelompok ternak domba ini akan menjadi awalan, bagi desa Jatimulyo untuk memenuhi kebutuhan pupuk bagi para petani untuk dengan ketersediannya pupuk organik. Sehingga kedepan, para petani di Desa Jatimulyo ini tidak tergantung lagi dengan pupuk kimia. Peternakan domba ini, akan terjadi perputaran ketersediaan pakan dan juga pupuk kompos, sehingga terbentuklah simbiosis mutualisme. Ternak mendapatkan pakan yang mencukupi, dan petani mendapatkan pupuk yang dibutuhkan.

“Membangun simpul pertanian dan Holtikultura, salah satunya adalah sentra peternakan domba di Desa Jatimulyo, untuk saat ini sekitar 170 peternak budidaya 700 target 2025 2000 dari domba kambing dan sapi,” jelasnya.

Pemerintah Desa juga telah membangun 7 kandang di tujuh RW dengan sistem kelompok. Para peternak juga didorong untuk membuat lumbung pakan bagi ternaknya, dengan cara menanam rumput untuk kebutuhan serat dan juga tanaman legrum untuk kebutuhan protein bagi hewan ternaknya. Tanaman Legrum seperti indigofera juga ditanam hampir di sepanjang jalan desa Jatimulyo, selain rumput yang ditanam di sekitaran kandang. Dikatakan, saat ini yang dibudidayakan oleh peternak adalah domba Gibas ekor tipis, dengan perbandingan 10 ekor betina dan satu ekor jantan. Disini pejantannya diisi dengan domba Tekcel, agar keturunannya nantinya menghasilkan domba yang berkualitas.

“Dari pemdes membangun kandang koloni jumlahnya ada 7 kandang, kemudian yang kita suplai ke kandang adalah domba Gibas ekor tipis, pejantan didorong dengan perbaikan domba jenis Tekcel, yang akan melahirkan domba domba komposit,” ujarnya.

Menurutnya, melalui peternakan domba ini akan mengubah paradigma masyarakat, yang semula dikelola secara tradisional menjadi peternakan modern. Dimana, kedepan paling tidak peternak mandiri ini bisa membudidayakan ternaknya mencapai 10 sampai 20 ekor, dengan adanya lumbung pakan yang sudah dibuat.

Harapannya Peternakan domba ini bisa menjadi ladang penghidupan bagi masyarakat selain dengan bertani. Dengan begitu, masyarakat bisa mendapatkan penghasilan lebih dari ternak domba ini.

“Diharapkan peternak mandiri paling tidak dikembangkan 10 betina sehingga mengelola perkembangan baik, tantangan sampai saat ini peternak tradisional untuk itu kita dorong tranformasi kan dengan pola pola yang lebih baik salah satunya pengembangan lahan pakan, lahan pakan yang dikelola masyarakat terdiri dari jenis rumput dan jenis legrum jadi pakannya berimbang, selama ini petenak ini terbatas hanya rumput, rumput kan hanya menyediakan serat, adapun tanaman legrum seperti indigofera ini yang mensuplai protein domba yang dikembangkan oleh warga dan doharapkan masyarakat mendapatkan manfaat terbesar budidaya itu menjadi ladang penghidupan bagi warga desa,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *