Produk Olahan Ganyong Berhasil Menurunkan Angka Stunting di Kebumen

KEBUMEN, BeritaKami.com – Produk olahan Ganyong dan daun kelor yang dikembangkan oleh Puskesmas 2 Kebumen berhasil menurunkan kasus angka stunting. Berkat ide briliant ini, produk olahan tersebut masuk peringkat 51 dalam top 99 Sistem Inovasi Pelayanan Publik (Sinovic) Kemenpan RB.

Inovator Produk Olahan Ganyong dan Daun Kelor Wiji Sri Kusumningsih menuturkan awal dikenalkan produk olahan dari kedua bahan tersebut dimulai dari Desa Wonosari Kecamatan Kebumen pada tahun 2020 lalu, yang kemudian direplikasi di 5 Desa. Selang tiga tahun berjalan usai diperkenalkan, produk olahan ganyong dan daun kelor ini berhasil menurunkan angka stunting lebih dari 50 persen.

Dimana prevalensi stunting pada tahun 2020 lalu awalnya 18,31 persen, kemudian ditahun 2022 berhasil menurunkan kembali hingga 9,15. Sedangkan di tahun 2023 ini Prevelen stunting sudah mencapai 8,66 persen.

“ini prevalensi stunting awalnya 18,31 persen terus kemudian tahun 2022 turun menjadi 9,15 dalam waktu dua tahun sudah menurunkan prevalensi stunting 50 persen kemudian di tahun 2023 dimonitoring bulan April kemarin turun lagi menjadi 8,66 persen, masuk top 99 KIP Sinovic kemenpan RB kemarin peringkat 51, terus kemudian kami tanggal 5 juli 2023 paparan untuk menunju top 45, inovasi ini sudah direplikasi di 5 desa tetapi di desa pertama yang mereplikasi ini desa wonosari pada tahun 2020 bulan September,” ucapnya.

Dikatakan, untuk bahan bahan pembuatan produk olahan, pihaknya memanfaatkan potensi lokal yang banyak ditemui di Kabupaten Kebumen. Seperti halnya tanaman Ganyong dan juga daun kelor yang juga ditanak sendiri oleh para kader binaan, sebagai bahan utama formulasi penanganan stunting.

Para kader desa disini dibina untuk membangun Asuhan Mandiri (Asman) Tanaman Obat Keluarga (Toga) dengan memanfaatkan lahan kosong. Sehingga hasil panennya khusunya ganyong dan daun kelor bisa langsung dimanfaatkan.

Terlebih kedua bahan tersebut diketahui mengandung fe atau zat besi serta kalsium yang lebih tinggi daripada kebutuhan gizi balita per 100 gramnya. Ini yang kemudian, olahan dari ganyong dan daun kelor bisa untuk menurunkan angka stunting.

” Bahan bahan kami tidak ambil dari luar Kebumen tapi dari lokal dan kebetulan kami desa wonosari ada binaan kami yang kami bina untuk membangun Asman Toga atau asuhan mandiri toga, di desa wonosari tersebut ada percontohan lahan disitu memuat tanaman tanaman yang berguna untuk penunjang kesehatan percontohan terus kemudian ada kebun disitu untuk perkembangbiakan misalnya nanti hasil panen gitu nanti ada kunyit, trrus ada ganyong terus kami memanfaatkan potensi yang ada di desa tersebut saja, kami membuat bahan pokok dari ganyong sama kelor karena menurut angka kecukupan gizi ganyong sama kelor mengandung FE sama Kalsium yang lebih tinggi daripada kebutuhan balita per 100 gramnya,” jelasnya.

Sementara itu Kader Kesehatan Desa Wonosari Yuniarti mengatakan saat ini sudah ada 4 varian olahan produk dari Ganyong da jiga daun kelor. Bahkan, produk yang dibuat oleh para kader ini juga cukup diminati oleh masyarakat Kebumen hingga luar daerah sepeti Kalimantan, karena manfaatnya yang luar biasa.

Menurutnya, olahan Ganyong dan juga daun kelor ini sangat berpengaruh untuk menurunkan angka stunting. Khusunya di Desa Wonosari yang pada tahun 2020 lalu mencapai 33 kasus stunting dan ditahun 2023 ini, tinggal 2 kasus stunting yang terjadi.

” sangat berpengaruh dari sebelum mengkonsumsi TMT yang mengandung ganyong dan kelor itu sangat berpengaruh jadi stunting di Desa kita alhamdulillah Sudah dua anak, jadi kita gantian misal bulan ini dari mie ayam daun kelor kemudian bulan depannya kita ada puding seperti itu kita ganti ganti,” ujarnya.

Pihaknya berharap dengan adanya produk dari inovasi ini, bisa berguna bagi masyarakat luas. Selain itu, dengan adanya berbagai macam produk olahan dari Ganyong dan daun Kelor yang dikelola saat ini bisa menambah perekonomian para kader.

” harapan kami inovasi tersebut bisa menambah ekonomi khusunya bagi ibu ibu kader dan yang kami butuhkan tentunya modal karena kita butuh alat alat yang lebih baik lagi biar produksi kita bisa bertambah, jadi yang mengolah selama ini dari kader kesehatan,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *