KEBUMEN, BeritaKami.com – Bulan Ramadhan hanya tinggal menghitung hari. Berbagai lapisan masyarakat kini tengah bersiap menyambut datangnya bulan suci tersebut. Beragam pernak-pernik ramadhan serta beragam tradisi menyambut bulan suci dilakukan.
Seperti di Dukuh Karangjati Kelurahan Jatiluhur Kecamatan Karanganyar, Kebumen, warga tampak antusias menyambut datangnya bulan suci ramadhan dengan nguri-uri tradisi yang telah lama hilang.
Adalah Tradisi Jam-jaman, tradisi yang dahulu rutin digelar masyarakat setempat menjelang bulan ramadhan, tepatnya pada malam nisfu sya’ba. Namun belakangan tradisi tersebut sempat hilang dan mulai di galakan lagi oleh warga setempat.
“Terkahir saya mengalami tradisi ini kurang lebih sekitar tahun 80-85an, waktu itu saya masih SD. Hampir 50 tahun tradisi itu hilang dan kini bisa ada lagi, tentu senang sekali bisa mengingat masa lalu,” kata Sehat Mukiyono salah seorang warga setempat.

Ketua Panitia, Chord Joko Priyanto menjelaskan, jika dahulu, masyarakat akan mandi ke tujuh sumur tua pada sore hari menjelang magrib atau menjelang memasuki malam Nisfu Syaban. Hal tersebut dilakukan untuk mempersiapkan diri memasuki malam Nisfu Syaban dengan badan yang suci agar dosa diringankan oleh Allah SWT.
Kemudian setelah maghrib, masyarakat berkeliling kampung dan para pedagang yang biasa berjualan pada pagi hari pada malam Jam-jaman, mereka berjualan di malam hari. Tradisi itu yang ingin dihidupkan kembali oleh masyarakat setempat.
“Warga ingin nguri-uri tradisi yang dulu pernah ada di sini kita hidupkan kembali, agar generasi sekarang juga tahu atau merasakan tradisi Jam jaman yang harapanya bisa eksis kembali dan digelar rutin tiap tahunnya, ” jelas Joko.

Joko menyebut meski baru kembali digelar namun antusias masyarakat sangat tinggi. Rencananya pada bulan Ramadhan nanti juga akan di gelar Pasar Takjil di wilayah tersebut. Sehingga diharapkan selain untuk menjaga keharmonisan warga masyarakat juga bisa untuk meningkatkan perekonomian warga.
“Setalah ini besok masih ada kenduri bersama di makam, dan pada ramadhan nanti kita adakan pasar takjil. Selain untuk mempererat silaturahmi juga meningkatkan perekonomian dan umum di desa kami, ” ujarnya.
Sementara itu, salah seorang pedagang, Marlin Persada mengaku sangat senang selain bisa berjualan, dirinya juga bisa merasakan atau menikmati tradisi Jam-jaman yang baru kali ia alami.
“Ini jualan seblak, Alhamdulillah laris. Baru kali ini sih ikut dalam tradisi ini semoga bisa lanjut ada terus setiap tahunnya biar kita pedagang juga bisa ikut mendapat berkahnya, ” tuturnya.